Senin, 09 November 2009

BANGUNLAH JEMBATAN, JANGAN TEMBOK

Alkisah ada 2 orang kakak beradik yg hidup di sebuah desa. Entah karena apa mereka terjebak ke dalam suatu pertengkaran serius. Dan ini adalah pertama kali mereka bertengkar demikian hebatnya. Padahal selama 40 tahun mereka hidup rukun berdampingan. Saling meminjamkan peralatan pertanian. Dan bahu membahu dalam usaha perdagangan tanpa mengalami hambatan. Namun kerjasama yang akrab itu kini retak. Dimulai dari kesalahpahaman yang sepele saja. Kemudian berubah menjadi perbedaan pendapat yang besar. Dan akhirnya meledak dalam bentuk caci maki. Beberapa minggu sudah berlalu, mereka saling berdiam diri tak bertegur sapa.

Suatu pagi, datanglahh seseorang mengetuk pintu rumah sang kakak. Di depan pintu berdiri seorang pria membawa kotak perkakas tukang kayu. Maaf tuan, sebenarnya saya sedang mencari pekerjaan,? kata pria itu dengan ramah. Barangkali tuan berkenan memberikan beberapa pekerjaan untuk sya selesaikan,? Oh ya,? jawab sang kakak. Saya punya sebuah pekerjaan untuk mu. Kau lihat ladang pertanian d seberang sungai sana. Itu adalah rumah tetanggaku, ah sebetulnya ia adalah adikku.
Minggu lalu ia mengeruk bendungan dengan bulldozer lalu mengalirkan airnya ke tengah padang rumput itu sehingga menjadi sungai yang memisahkan tanah kami. hmm,, barangkali ia melakukan itu untuk mengejekku. Tapi aku akan membalasnya lebih setimpal. Disitu ada gundukkan kayu. Aku ingin kau membuat pagar setinggi 10 meter untukku , sehingga sku tidak perlu melihat lagi rumah nya. Pokoknya, aku ingin melupakannya. Kata tukang kayu, Saya mengerti, Belikan saya paku dan peralatan. Akan saya kerjakan sesuatu yang bisa membuat tuan merasa senang. Kemudian sang kakak pergi ke kota untuk berbelanja berbagai kebutuhan dan menyiapkan nya untuk si tukang kayu. Setelah itu ia meninggalkan tukang kayu bekerja sendirian. Sepanjang hari tukang kayu bekerja keras, mengukur, menggergaji dan memaku, Di sore hari, ketika sang kakak petani itu kembali, tukang kayu itu baru sja menyelesaikan pekerjaannya. Betapa terbelalaknya ia begitu melihat hasil pekerjaan tukang kayu itu. Sama sekali tidak ada pagar kayu sebagaimana yang dimintanya.
Namun, yang ada adalah jembatan melintasi sungai yang menghubungkan ladang pertanian nya dengan ladang pertanian adiknya. Jembatan itu begitu indah dengan undak-undakan yang tertata rapi. Dari seberang sana terlihat sang adik bergegas berjalan menaiki jembatan itu dengan kedua tanganya terbuka lebar. Kakakku , kau sungguh baik hati mau membuatkan jembatan ini. Padahal sikap dan ucapanku telah menyakiti hatimu. Maafkan aku, kata sang adik pada kakaknya. Dua bersaudara itu un bertemu di tengah-tangah jembatan, saling berjabat tangan dan berpelukan. Melihat itu, tukang kayu pun membenahi perkakasnya dan bersiap-siap untuk pergi.

Hai ,jangan pergi dulu. Tinggallah beberapa hari lagi. Kami mempunyai banyak pekerjaan untukmu, pinta sang kakak. "Sesungguhnya saya ingin sekali tinggal disini," kata tukang kayu, "tap masih banyak jembatan lsin yang harus saya selesaikan".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar